16 May 2013

Review Film How Art Made The World




Judul Film                   : “HOW ART MADE THE WORLD”

Pembawa Acara          : Dr. Nigel Spivey

Sutradara                    : Robin Dashwood & Mark Hedgecoe




Dalam sebuah film dokumenter berjudul “How Art Made The World” menceritakan bagaimana sebuah seni membentuk dunia, bagaimana kelahiran gambar dan hal – hal yang mempengaruhinya. Selanjutnya diceritakan bahwa tempat orang pertama kali menggambar adalah di langit – langit Gua.hal ini terkait dengan ditemukannya gambar Lembu Ox di gua yang terdapat di Altamira. Pertama kali dunia mengetahui tentang lukisan gua dari bangsawan Spanyol bernama Maria dan ayahnya yang juga merupakan Arkeolog amatir, Marcelino De Sautola. Berupa lukisan Lembu Ox pada musim gugur tahun 1979. Melalui penemuan gambar ini, Henry Breuil dapat menyimpulkan sebagai kegiatan harian masyarakat kuno seperti berburu dan ia juga berpendapat bahwa menggambar merupakan bagian dari ritual untuk meningkatakan hasil buruan. Namun sayangnya, gambar ini tidak berkaitan dengan hewan yang diburu, misalnya di Spanyol Kijang menjadi konsumsi masyarakat purba bukan Lembu Ox, di Prancis mengkonsumsi Kambing bukan Mamot Berbulu ataupun Bison dan Kuda. Tetapi di Gua Pech Merle , Perancis seniman justru menggambar kuda yang indah. Gambar-gambar di pegunungan Drakenberg Afrika Selatan juga menunjukkan bukan gambar – gambar dari yang keseharian  dilakukan oleh suku San yaitu berburu. Hal ini dikemukakan oleh Prof. David Lewis Williams. Pendapat ini diperkuat oleh catatan San Bushman sebagai produk visual terakhir dari suku San. Namun ketika dilakukan penelitian, mereka menemukan masalah karena suku San tidak lagi tinggal dipegunungan  tetapi di padang rumput Kalahari, mereka tidak lagi menulis tetapi lebih sering dilukis. Hal ini juga dijelaskan di manuskrip Blake tentang budaya yang tidak lagi ada. Eland (semacam hewan buruan) digambar dengan posisi terkapar di batu Darkenberg, dan jika diperhatikan detail dari gambar ini tidak hanya bercerita tentang “mati” tetapi juga bagaimana hewan
itu sekarat, yang ditunjukkan dengan bentuk bulu dan posisi kaki.

Lebih jauh lagi, gambar itu dianggap mencitrakan sesuatu yang dihasilkan otak yang kemudian diproyeksikan kedinding. Dan hal ini tentu berkaitan dengan halusinasi, imagi dan budaya. Walaupun dalam penciptaan gambar tersebut masyarakat kuno dipengaruhi oleh budaya, namun mereka menciptakan visi yang dapat dibahasakan dengan halusinasi. Budaya memberi pengaruh terhadap pemilihan hewan seperti suku San dengan memilih Eland, di Prancis manusia purba memilih Kuda dan Bison. Dominic Fytche seorang psikiater dari London berpendapat bahwa, menggambar digua memiliki kecenderungan yang sama dengan dunia trans. Otak manusia memiliki bagian yang memungkinkan untuk mendapatkan halusinasi. Gambar-gambar abstrak yang muncul digua merupakan dampak dari banyaknya subjek yang mempengaruhi system visual otak. Halusinasi berkembang pada benda-benda yang dianggap penting dan hadir dalam budaya manusia purba.

Suku san percaya bahwa saat anda masih hidup, roh anda dapat keluar dan dapat pergi ke dunia roh. Mereka menyebut diirinya kaum trans karena sering mengalami keadaan tidak sadar.  Wanita di desa mengucap mantra yang kuat , tarian kemudian dimulai . orang yang menari adalah Shaman. Begitutarian menguat, shaman tidak sadar diri.(keadaan trans).Setelah cara membuat diketahui, maka gambar akan berkembang. Bukit Gilbeklitapey Turki Selatan menjadi lokasi terjadinya agrikultur. Dijelaskan juga bahwa tempat kemudian menjadi penting dalam kegiatan menggambar. Seperti gambar dibukit Gilbeklitapey sangat jelas terlihat pada malam hari dengan penerangan api.

Film dokumenter ini menceritakan tentang lahirnya pencitraan di dunia, bagaimana manusia/nenek moyang menciptakan citra dunia yang kita tinggali sekarang. Pada zaman dahulu, belum ada kemampuan pencitraan sehingga dunia tidak bisa dikenali. Ada suatu saat dalam sejarah manusia, kemampuan penciptaan ini lahir, ketika kita mulai menciptakan gambar dan untuk mengerti apa maksudnya. Pada sekitar 2000 tahun yang lalu, ditemukan gambar kuda dari masa kuno klasik. Ini dibuat untuk menghiasi rumah orang Roma sekitar 100 tahun SM.  Seniman ini tidak mengalami kesulitan dengan lukisan dua dimensi. Dan pada sekitar 3000 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1200 SM, ditemukan kepingan kecil berasal dari Mesir purba dan orang yang melukisnya tahu dengan baik bagaimana memberikan pencitraan dengan baik. Pada akhir abad ke 19, tepatnya pada musim gugur tahun 1879, seorang perempuan berusia 9 tahun (Maria) dan ayahnya (seorang bangsawan Spanyol yang juga arkeolog amatir), Marcelino de
Sautuola mengunjungi Gua Altamira di Spanyol Utara.

Di gua tersebut, Maria menemukan lusinan lukisan Auroch, satu spesies lembu ox yang telah punah pada langit-langit gua, artinya dia menemukan galeri pertama dari lukisan prasejarah yang pernah ditemukan. Penemuan ini yang membuat Altamira terkenal. Ketika Sautuola memberitahukan temuannya tersebut, para arkeolog meragukan keasliannya, karena lukisan tersebut terlalu bagus jika dibuat oleh manusia prasejarah. Para ahli mengklaim lukisan tersebut palsu dan Sautuola adalah pelaku penipuan. Sautuola berjuang keras membersihkan namanya, namun para arkeolog tetap skeptis. Hingga beberapa tahun kemudian, dia meninggal di rumah keluarganya yang tidak jauh dari Altamira. Selama beberapa dekade, penemuan demi penemuan terjadi di Perancis juga Spanyol, yang terbukti pasti bahwa lukisan-lukisan di gua tersebut memang dari prasejarah. Contohnya di gua Lascaux, ada sebuah galeri lukisan yang amat indah. Semakin banyak lukisan yang terlihat, menunjukkan seniman prasejarah telah melukis dengan percaya diri dan keahlian yang menandingi hampir semua bentuk dari dunia modern. Setelah ditemukannya lukisan-lukisan di gua, muncul teori-teori mengenai hal itu. Teori pertama peneliti menyebutkan bahwa mereka (manusia prasejarah) mencipta gambar dari benda-benda di sekitar mereka.

Teori yang kedua yang dikemukakan oleh Henri Breuil (Pastur Perancis dan pakar terkemuka dalam seni gua) menyebutkan bahwa mereka menggambar tentang perburuan hewan. Seniman prasejarah melukis hewan karena mereka percaya ini akan menambah kemungkinan hasil perburuan. Penelitian yang lebih lanjut menemukan ketidakcocokan antara fosil tulang jenis hewan yang diburu dan dimakan di sekitar gua dengan hewan yang dilukis di gua-gua tersebut. Akhirnya teori tersebut juga gagal. Keanehan lain mengenai lukisan dalam gua tersebut yang patut dipertanyakan adalah seniman prasejarah melukis di tempat sempit dan paling dalam di gua, padahal gambar itu perlu dilukis di tempat orang-orang bisa melihatnya. Di Pech Merle, Perancis terdapat lukisan yang sulit dijangkau dan tidak memperlihatkan pencitraan apa-apa. Gambar terdiri dari banyak titik dan garis atau bentuk-bentuk dan pola-pola abstrak serta pola-pola tersebut diulang-ulang. Ditemukan dua ekor kuda dengan menaburkan citra dengan rangkaian bintik. Beberapa tahun lalu, ditemukan lukisan dinding batu di tebing tinggi di Pegunungan Afrika Selatan, Drakensberg. Lukisan ini sama anehnya dengan lukisan-lukisan di Eropa, yaitu lukisan hewan dan memperlihatkan adegan-adegan berburu. Namun usia lukisan tersebut hanya beberapa ratus tahun yang lalu. Lukisan ini dibuat oleh Suku San, para Bushman. Orang pertama yang menganggap  lukisan itu menarik adalah David Lewis Williams. Jika dilihat sekilas, lukisan tersebut menggambarkan seekor kijang Eland dan orang yang memegang ekor kijang tersebut. Namun jika diteliti lebih lanjut gambar orang tersebut berkaki kuda, bukan orang, kakinya menyilang dan kijang Eland juga menyilang, kepalanya kepala kijang, dan memiliki bulu yang tegak.

Film ini memberikan pengetahuan tentang sejarah bagaimana manusia prasejarah awalnya mengkreasikan suatu karya seni berupa citra, serta alasan mereka membuat citra tersebut. Film ini disajikan dengan menarik, sehingga orang yang menontonnya tidak merasa bosan. Dengan dikemas suara/music pendukung serta ilustrasi masa prasejarah, penonton dapat dengan mudah mengerti isi cerita dari film tersebut. Selain itu, film ini disajikan dengan dokumen dan pendapat dari para ahli yang dapat memperkuat bukti dari sejarah. film How Art Made The World tentang mengapa manusia menyukai seni. Film tersebut melacak asal muasal kesukaan manusia pada seni, jauh ke ribuan tahun lalu. Kajian dimulai dengan penelitian terhadap patung Venus of Willendorf yang berusia hampir 25.000 tahun. Menurut penelitian Prof. Ramachandran, seorang neurologis, bentuk tubuh Venus ini tidak direalistis dan berlebih-lebihan. Kesimpulan itu menyuguhkan kemungkinan tentang mengapa manusia suka seni: Karena manusia tidak suka realitas, maka itu diciptakanlah gambar lain, yang dilebih-lebihkan menjauhi realitas.

2 comments:

  1. reviewnya bagus :D yang mau baca review terbaru bisa langsung ke http://gostrim.com/category/movie-review/ selamat membaca :)

    ReplyDelete
  2. There are certainly a whole lot of details like that to take into consideration. That is a nice point to deliver up. discover this info here I offer the ideas above as normal inspiration but clearly there are questions like the one you deliver up where crucial factor will likely be working in sincere good faith. content I don?t know if greatest practices have emerged around issues like that, however I'm positive that your job is clearly identified as a fair game. company website Each boys and girls really feel the impact of just a moment?s pleasure, for the rest of their lives. continue reading this

    ReplyDelete

 

♥ HELL-O MY ENEMIES ♥ Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang